Menu

Kamis, 25 Juni 2015

Menikah dengan Taaruf

Taaruf itu apa sih ??

Bagaimana sih taaruf itu ??
Seberapa yakin kah kamu dengan proses taaruf ??

Saya pun sebenarnya DULU bingung ketika ditanya tentang taaruf.
Tapi, karna sekarang saya sudah melalui proses ini dan atas janji saya kepada teman teman yang meminta saya untuk menceritakan tentang proses taaruf saya, maka sekarang  akan saya buka ke teman teman bagaimana sih proses taaruf itu (berdasarkan pengalaman saya) melalui note ini.
Maaf jika tulisan ini terasa kurang indah atau apa, karena tulisan ini saya buat dengan sangat apa adanya sesuai dengan kisah nyata yang saya alami. Tanpa dilebih-lebihkan atau dikurangi.

Semoga bermanfaat.
Kritik, Saran dan Tambahan sangat dipersilahkan.
^_^

Proses taaruf setiap individu bisa jadi berbeda. Tapi kurang lebih intinya sama aja.
Berikut ini proses dan tahapan yang saya lewati ketika saya ingin menikah :

1. Sampaikan niat menikah kepada orang yang kita percaya.
Orang itu bisa jadi adalah orang tua kita, guru ngaji kita, ustadz atau siapapun yang memiliki kualifikasi berikut ini :
-          Amalan hariannya bagus, melakukan ibadah mahdoh (ibadah tambahan ; sunnah)
-          Amanah (dapat dipercaya dan bertanggung jawab)
-          Mengerti kepribadian si ikhwan (laki-laki) dan si akhwat (perempuan) yang akan ditaarufkan
-          Memiliki kemampuan untuk memetakan sesorang berdasarkan minat, bakat dan potensinya dalam dakwah, pendidikan, profesi dll

Orang tersebut kemudian akan jadi perantara antara kita dan pasangan taaruf kita (kalau kita udah punya pasangan) dalam menjalani proses taaruf
Atau
Orang tersebut akan mencarikan pasangan taaruf untuk kita (kalau kita belum punya pasangan yang akan diajak taaruf) lalu menjadi perantara antara kita dan pasangan kita nantinya dalam menjalani proses taaruf

Saya adalah orang di tipe ke-dua, belum tahu mau taaruf sama siapa :D
Intinya mah saya mau nikah aja. Sebab saya ingin masuk surga. :D

---

Dulu ..
Saya pernah katakan ke orang orang terdekat (keluarga, abang, sahabat dan guru ngaji saya) bahwa saya akan menikah di usia Rasulullah menikah.
23 Tahun.
Tapi tentu saja hal itu tidak diterima begitu saja oleh orang tua saya.
Karena sebenarnya, setiap orang tua tentu memiliki kualifikasi tersendiri tentang "kapan si anak udah boleh menikah".
Sebab mereka khawatir dengan masa depan anaknya.

Nah,penting bagi kita untuk tahu, apa sih kualifikasi oran tua kita terhadap kita sebelum mereka mengizinkan kita melangkahkan kaki ke jenjang pernikahan.
Berikut ini contoh pengelaman pribadi saya.
Orang tua saya memiliki kualifikasi berikut : kamu udah boleh nikah kalau kamu MENTALnya udah MANTAP, memiliki MINDSET tentang pernikahan yang BENAR, IBADAHnya sudah BAIK, KEUANGANnya KOKOH"

Maka saya katakan pada orang tua saya :
"Saya akan menikah kalau perbulannya saya sudah bisa menghasilkan / mendapatkan pemasukan sebanyak Rp 3.000.000,- secara stabil dan persisten. Saya akan menikah kalau saya sudah mampu beli rumah dengan uang sendiri. Saya akan menikah kalau saya sudah mengkhatamkan buku ini dan itu. Saya akan menikah kalau saya sudah bisa masak minimal 99 resep. Saya akan menikah kalau saya sudah hafal sekian juz. Dst.. "
(Kualifikasi ini saya ketik, saya print dua rangkap. Satu saya simpan dalam map, dan satu lagi saya tempel di Dream Wall kamar tidur saya)

Tapi nama saya Gellis. Dalam bahasa jawa (jogja). Gellis memiliki arti Cepat.
Saya targetkan semua kualifikasi tersebut tercapai di usia 23 tahun.
Qadarullah, atas izin Allah, di usia yang ke 22 semuanya sudah dapat tercapai.
Alhamdulillah..

Allah itu selalu memberikan apa yang kita butuhkan.
Saya dulu sering berdoa begini :
"yaa Allah.. hamba butuh uang 125 juta nih buat beli rumah"
atau
"yaa Allah.. kayaknya enak yaa kalau bisnis saya lancar dan beromset jutaan. Jadi bisa beliin mas 8 gram tiap bulan buat mamah"
Alhamdulillah, dikabulin sama Allah.
Kenapa?
Karena saya butuh.
Karena saya yakin Allah pasti kasih.
Allah kan Maha Besar, Maha Kaya.. Cuma ngabulin doa remeh temeh begitu mah, keciiil bagi Allah.
(Ilmu ini didapat dari buku Quantum Ikhlas dan The Secret)

Alhamdulillah, Allah mudahin jalannya.
Bisnis saya lancar, saya bisa beli rumah BTN di Griya Atikah Asri dekat Departemen Agama Kubu Raya
(Terima kasih kepada pak Otong Rosyid, ST, Direktur Pilar Property, yang udah ngasi tau saya dimana ada jual rumah bagus dengan harga miring)
(O iya .. Mohon infonya kalau ada yang tau info lelang rumah d wilayah Jakarta)

Kerjaan saya sebagai dosen lepas (freelancher lecturer) juga lancar
(Terima kasih kepada pak Dhani STAN yang udah memberikan kesempatan kepada saya)

Maka setelah semua kualifikasi mereka itu berhasil saya capai, malam itu saya ngomong sama ayah saya.
Saya : "Pak.. mbak lis udah boleh nikah belum?”
Ayah : “Terserah mbak lis lah"
(Ini jawaban paling asyik yang pernah saya dengar dari bapak)

Dua minggu kemudian, saya mendatangi ibu ideologis (guru ngaji) saya.
Saya katakan padanya :
“Kak.. gellis mau nikah.. Sebab gellis ingin menyempurnakan agama dan menjaga diri. Orang kayak gellis ni ndak boleh lama lama menjomblo..”

(saya akui saya memiliki gairah yang tinggi. Hal ini lah yang menyebabkan saya nggak boleh dibiarkan terlalu lama menjomblo. Sering kepelecok)

Akhirnya, dengan bimbingan murobbiah (guru ngaji) saya inilah dia proses dan tahapan yang harus saya lalui sebelum menikah :

1. Temukan Jati diri dan TUJUAN HIDUP

Guru ngaji saya bertanya : apa tujuan hidup gellis? Apa impian gellis?
Jangan ngade-ngade ngomong nak nikah padahal tujuan hidup jak belum jelas?!

Disini saya mendapatkan tamparan keras.
Sebenarnya saya selama ini sudah punya tujuan hidup atau belum sih?
Saya sudah punya impian atau belum sih?

Ini adalah fase bagi saya untuk mennggali kembali apa sebenarnya tujuan hidup saya. Apa impian saya. Dan mau jadi apa saya ini.

"Siapa yang mengenal dirinya, maka dia akan mengenal tuhannya"
-Muhammad SAW-

Dalam perenungan panjang, akhirnya saya menemukan jawaban dari semua pertanyaan-pertanyaan itu.
Saya jelaskan kepada guru ngaji saya mengenai jati diri saya (yang sebenarnya) masih belum utuh.
-          Siapa saya?
-          Darimana saya? Siapa yang menciptakan saya?
-          Untuk apa saya diciptakan?
-          Kemana saya akan pergi setelah ruh berpisah dari raga?
-          Bagaimana saya ingin menjalani kehidupan saya?
-          Apa impian terbesar saya?
-          Bagaimana langkah konkret untuk mewujudkannya?
-          Mau jadi apa sih saya ini?
-          Bagaimana peta hidup dan dakwah saya kedepan?

2. Program Amal Yaumi

Sebelum memberi jawaban terhadap permintaan saya untuk menikah, guru ngaji saya meminta saya untuk melaksanakan program amal yaumi (amalan harian) selama satu bulan.
Kalau gagal, ulang lagi dari awal.. Begitu seterusnya.
Kalau program ini belum berjalan dengan baik, maka guru ngaji saya belum mau mulai mengurus proses saya, sebab sayanya harus kokoh dulu secara ruhiyah, begitu katanya.

Setiap minggu program itu di mutaba’ah (dievaluasi).
Amalan yang di targetkan yaitu :

  • Sholat tepat waktu (target : 100 kali)
  • Membaca Al-Quran dan terjemahannya 1 juz / hari
  • Qiyamul Lail (target : setiap malam minimal 5 rakaat)
  • Dhuha (target : setiap hari minimal 2 rakaat)
  • Sholat tobat (target : seminggu satu kali)
  • Sedekah (target : setiap hari)

Setelah selesai dengan program ini (yang sempat gagal 2 kali), saya ditanya lagi oleh guru ngaji saya :
“masih mau nikah?”
Saya jawab :
“In sya Allah kak"

3. Program Baca Buku dan Silaturahim

Seminggu setelah program amal yaumi, saya diberikan misi baru lagi, yaitu misi membaca buku : Taubat dan Inabah.
Buku itu harus saya selesaikan, dibuat resume nya dan di presentasikan di depan teman teman kelompok pengajian saya (PRESENTASI PAKAI SLIDE).

Selain itu saya juga membuat daftar nama orang orang yang harus saya kunjungi : orang orang yang pernah punya masalah / berantem / illfell sama saya, orang orang yang pernah jadi guru ngaji saya dan sahabat lama yang sudah lama tidak bertemu padahal tinggal di satu kota.
Saya datangi mereka satu persatu. Mengucapkan maaf setulusnya dari hati, menyiram kembali hubungan silaturahim yang mulai mengering.

Setelah 1 bulan berlalu menjalani program ini, saya sampaikan lagi kepada murobbiah saya :
“Kak, gellis ingin menikah.. Sebab gellis ingin menjaga diri”

Murobbiah saya masih meminta saya untuk melanjutkan program amal yaumi yang diberikan kemaren + misi membaca buku : Keakhwatan 1, Keakhwatan 2, Keakhwatan 3 dan Keakhwatan 4 . Dibaca, dibuat resume nya dan di presentasikan di depan teman teman kelompok pengajian saya (PRESENTASI PAKAI SLIDE).
Alhamdulillahnya buku buku itu sudah saya baca sejak saya di semester 3 perkuliahan , jadi menyelesaikan misi ini tidaklah membutuhkan waktu lama.
^_^

Setelah program amal yaumi tercapai, misi membaca buku dan silaturahim selesai, barulah murobbiah saya mulai melakukan sholat istikharah.
Akhirnya... beliau mulai merancang proses taaruf untuk saya

---

Baru setelah taun baru, januari 2015
Murobbiah saya nelpon
Beliau meminta saya untuk menemui beliau sekarang juga.

Di dalam ruangannya, beliau menyampaikan bahwa beliau sudah mendapatkan ikhwan (pria) yang pas untuk saya menurut versi dia.
Nama si ikhwan (pria) ini pun sudah beliau musyawarahkan dengan murobbiah (guru ngaji) beliau dan murobbi (guru ngaji) si pria.
Hasil musyawarah mengatakan bahwa semuanya setuju jika si ikhwan (pria) ini di taarufkan dengan saya.
Proses taaruf yang akan guru ngaji saya urus ini pun sudah dilaporkan ke TIM RKI (Rumah Keluarga Indonesia) Kalimantan Barat.
*mau tau lebih lanjut tentang apa itu RKI, googling aja yaa*

Beliau istikharah selama 2 bulan, hingga akhirnya merasa mantap dan memanggil saya hari itu.

Di awal-awal..
Beliau mendeskripsikan secara detail mengenai pria itu.
Diceritakan secara lengkap tentang bagaimana karakter, mental, cara berfikir, pencapaian-pencapaian, aktivitas, gaya berpakaian dll.
Lengkap.

Beliau bilang :
“Pria ini lulusan An-Nu’aimy, satu almamater dengan ustadz Misyruki.
(kenapa beliau menyebutkan nama ust Misyruki? sebab beliau tau saya nggak kenal apa itu An-Nu'amy. Beliau paham kalau saya mengenal nama ustadz Misyruki. Maka disebutlah nama ustadz Misyruki agar saya bisa sedikit punya gambaran tentang An-Nu'aimy)

"Beliau tinggal di pulau Jawa sejak umur 10 tahun. Dan baru tinggal di Pontianak selama 7 bulan”

(Saya memang pernah bilang dengan murobbiah saya, duluuu sekali, bahwa saya ingin menikah dengan orang yang sama sekali belum pernah saya kenal sebelumnya. Minimal beda kampus, kalau bisa beda wilayah tempat tinggal)

4. Beliau meminta saya untuk melanjutkan program amal yaumi saya yang kemaren tapi ditambah dengan amalan sholat ISTIKHARAH.

Program itu akan dilakukan selama seminggu.. Jika gagal, maka diulang lagi dari awal.
Alhamdulillah, program ini berhasil dilaksanakan dengan lancar.

Seminggu kemudian, saya dipanggil lagi untuk menanyakan jawaban saya.

Saya jawab : “saya merasa tenang, kita lanjutkan aja kak ustadzah”

Akhirnya, beliau dengan mengucap basmallah, menghubungi pria itu dan menyampaikan bahwa beliau sedang mencari suami untuk binaannya.
Beliau katakan kepada si pria bahwa menurut beliau, pria itu adalah orang yang cocok untuk adik binaanya.
(Murobbiah saya sempat bekerja sama dengan calon pasangan taaruf saya itu kurang lebih selama 2 bulan dalam suatu pekerjaan. Ditambah lagi data data dari murobbi si ikhwan. Maka, sedikit banyak, beliau mengenal karakter, minta, bakat dan potensi si ikhwan tersebut)

Setelah hari itu, saya disibukkan dengan urusan pekerjaan dan dakwah di luar kalimantan, jadi saya sempat lupa bahwa saya sedang berproses menuju pernikahan.

Waktu itu saya lagi di Jakarta, murobbiah saya nelpon dan meminta saya untuk menemui beliau.
Malam itu juga saya terbang ke Pontianak dan menemui beliau di rumah.

5. Di rumah, beliau menyampaikan bahwa si pria tertarik dan mengatakan bahwa dia ingin mengenal saya lebih lanjut.

(Karena pada dasarnya si pria ini juga sudah punya niat untuk menikah sejak tahun lalu malah. Tapi belum ketemu jodohnya)

Kemudian hari itu saya diminta untuk MEMBUAT CV Taaruf, untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya membuat CV Taaruf.
Oleh guru ngaji, saya diminta membuat CV selengkap mungkin.
Waktu itu saya serius ingin nikah.
Maka saya mensugestikan diri saya bahwa ini akan menjadi CV Taaruf pertama sekaligus terakhir yang saya buat.

"yaa Allah.. cukuplah satu orang saja yang memiliki kesempatan untuk membaca detail tentang diri saya ini... Cukuplah satu orang saja ya Allah. Jika memang orang ini bukan jodoh saya, maka CUT saja langsung prosesnya ini yaa Allah.. Izinkan hamba hanya sekali saja membongkar habis tentang diri hamba ini kepada laki-laki. Izinkan hamba hanya sekali saja berproses taaruf menuju pernikahan selama hidup hamba. Aamiin"

Jadi waktu itu memang nggak main-main.
Saya bikin CV nya itu benar-benar serius dan totalitas. Ndak disambil-sambil.
Setelah berdo'a dengan penuuuh keyakinan dan keikhlasan, saya buatlah CV Taaruf saya selengkaaap lengkapnya.
Agar hanya dengan membaca CV saya saja, seseorang bisa mengenal saya luar dalam.
Masa kecil sampai saya di masa sekarang.
Kelemahan dan kelebihan, prestasi, aktifitas dan amanah,
Penyakit, alergi, akun media sosial, visi, misi, target hidup, profil keluarga,dan tak lupa, FOTO terbaru.

Setelah selesai membuat CV Taaruf yang akhirnya jadi sebanyak 6 lembar, barulah saya serahkan CV itu pada murobbiah saya.

6. Setelah itu, saya diberi misi untuk MEMBACA BUKU : TARBIYATUD AULAD

Semakin saya diminta untuk membaca, meresume dan menyampaikan kembali sebuah buku
Semakin saya sadar betapa sedikitnya ilmu saya
T_T
Semakin saya merasa minder dan malu terhadap diri saya sendiri.
(astaghfirullah hal 'adziim)

Buku ini keren bangeet.
Tebaaaal!!
Saya baru bisa menyelesaikan bacaan dan resume setelah 2 minggu buku diberikan.

Dua minggu kemudian, barulah saya dipanggil lagi oleh murobbiah saya dan diberikan CV taaruf si pria. Sebelum CV Taaruf diberikan, murobbiah saya menjelaskan tentang pria itu.
“beliau ini adalah seorang al-hafidzh 30 Juz”

Waktu itu di dalam hati, saya berkata :
“Maa sya Allah!! amalan baik apa yang pernah saya lakukan sampai sampai Allah memberikan saya hadiah seorang suami yang hafal Quran”
Tapi waktu itu mulut saya berkata :
“kalau Cuma hafal Quran kak, pastor pastor di Vatikan juga pada hafal Quran”

Murobbiah saya bilang :
“Dia SD sampai SMA nya di Sekolah Islam Terpadu Ibnu Siena Ciamis Jawa Barat. Dia merupakan lulusan terbaik SMA Ibnu Siena, karena itulah dia bisa kuliah di An-Nu'ami Jakarta, jurusan pendidikan bahasa arab. Sering mendapat tawaran mengajar, tapi tidak beliau ambil. Akhirnya beliau coba sekali ngajar di Al-Mumtaz, tapi ndak betah. Karena passionnya adalah bisnis.”

“Murobbi beliau yang sekarang adalah awwalun dakwah di kalbar dan merupakan murobbi pertama kakak. Kakak mengenal murobbi nya dengan sangat baik, dan dari murobbinya lah kakak mengenal keluarga si pria ini. Keluarga nya memiliki pemahaman dan penerapan keislaman yang bagus. Hanif , berafiliasi pada dakwah dan tarbiyah”

“Tapi yang paling penting adalah, beliau ini seseorang yang memiliki jiwa untuk terus bertumbuh dan berkembang, leadership yang bagus (mantan ketua OSIS,  ketua PPL , leader Kangen Amazing Team Kalbar), dan semangat bisnis yang kuat.

Beliau berpenampilan dandy kayak artis korea, sangat peduli dengan penampilan. Bahkan dijuluki : “ustadz wangi” sama anak anak murid Al-Mumtaz. Digilai oleh murid murid wanita, terutama yang kelas 6 karna beliau lumayan ganteng. Manis..

Namanya ustadz Ihsan Septiadi”

Benar benar sangat asing di telinga saya. Benar benar orang baru, yang jangankan lihat, dengar namanya pun saya belum pernah.

Waktu itu saya hanya bertanya : “apakah dia akan dan mau untuk terus tarbiyah??
Kalau dia mau, maka saya akan lanjutkan proses taaruf ini”

Ustadzah saya jawab : “ya jelaslaah dia mau. Tapi nanti deh kakak coba gali seberapa besar dan kuat komitmen dia terhadap tarbiyah”

7. PENGGALIAN CV TAARUF

Waktu itu jujur aja saya nggak tertarik buat liat fotonya, karna sesungguhnya saya termasuk wanita yang lemah pada pandangan mata (takut jadi ndak objetif), maka waktu itu yang saya liat adalah kolom :
  • Visi pribadi dan visi pernikahan beliau
  • Kelemahan beliau (karakter dan penyakit)
  • Profil keluarga
  • Aktivitas sekarang
  • Media sosial dan wordpress beliau (saya buka dan saya pelajari karakternya dari postingan postingan dia dari masa masa alay nya dia sampai sekarang)

8. Setelah itu , saya melakukan ISTIKHARAH LANJUTAN selama kurang lebih 2 minggu.

Setelah 2 minggu barulah Murobbiah saya memberitahukan pada saya bahwa si ustadz juga sudah melakukan penggalian terhadap CV Taaruf saya
Beliau juga sudah menjawab bahwa beliau akan dan mau untuk terus tarbiyah, sebab sesungguhnya tarbiyah adalah kebutuhan.
Setelah mendengar jawaban itu, saya memutuskan untuk lanjut.

9. Tanpa sepengetahuan saya, ternyata si ustadz pernah melihat saya dari kejauhan .

Dia disarankan oleh umi (istri murobbi beliau) untuk MELIHAT CALON SECARA LANGSUNG TANPA SEPENGETAHUAN SI CALON sebelum memutuskan untuk lanjut.
Sore itu, tanpa sepengetahuan saya..
dengan rekayasa yang dia dan murrobbiah saya buat, dia pun menjalankan misi untuk melihat saya. Dari kejauhan

***

Pandangan itu tak akan terlupakan
Di suatu senja, di suatu tempat, kutemui calon bidadariku

Menancap kuat paku memori di godam palu
Membekas abadi selamanya
Bersama takdiran hidup

Ikrar dan ikhtiar melebur
Menjadi doa ke langit cinta
Berbunga nan suci

Akan kujemput sang bidadari dengan lantunan yakin do’aku
Akan kujemput dengan tasbih dalam sujud cinta
Diiringi air mata bahagia, deru jiwa keikhlasan
Satu moment yang aku tak bisa meng-istilahkannya

Tekad ingin bahagiankan bersama-ku
Bangga kasihi-ku
Tentram disamping-ku
Aman dan nyaman habiskan waktu bersama-ku
Arungi kehidupan yang sesungguhnya
Menorehkan legenda cinta diatas untaian visi ilahi
Sebagai panutan depan generasi

Dipertemukan dengannya aku menjadi hamba paling bersyukur di dunia

-Ihsan Septiadi-

***

10.  TAARUF FISIK

Hari itu hari rabu, agenda saya padat merayap . Dari jam 7 pagi saya  udah keluar rumah dan  sekitar jam 9 an saya ditelpon murobbiah saya bahwa sore ini, ba’da maghrib, kita akan meksanakan taaruf fisik karena murobbi si ustdaz adalah orang yang super sibuk (jarang di pontianak), dan hari inilah satu satunya kesempatan buat taaruf fisik.

Taaruf fisik artinya berkenalan secara langsung. Bertemu dan melihat pasangan secara langsung.

Di momen ini kami saling memperkenalkan diri.
Saya menanyakan selengkap lengkapnya tentang beliau.
Ada 10 point pertanyaan yang saya buat dan sampaikan ke beliau.
Rasa-rasanya saya malu kalau ingat kejadian ini -_-''
Waktu itu saya sudah seperti seorang presiden direktur yang lagi meng-interview calon wakil presiden direktur.
Istri murobbi beliau aja waktu itu sampai mengernyitkan dahi
(mungkin dia bingung, ni akhwat koq kayak gini gini bangeet yak).

Saya sadar bahwa jika saya menikah dengan dia maka dia adalah surga saya.
Penting bagi saya untuk mengenal secara utuh tentang dia agar saya ridho dan ikhlas menjadi istrinya.
Saya nggak mau dong nikah sama pria abal-abal.
Bukan cuma demi kebahagiaan dan kepentingan saya, tapi juga demi buah hati saya kelak.
^_^

Sebaliknya,
beliau tidak ada menanyakan 1 pertanyaanpun untuk saya (ini di luar ekspektasi).
Padahal saya ingin ditanya *ngarep

Karena dia nggak nanya,ya udah, saya aja yang menyampaikan secara terbuka.
Saya katakan padanya bahwa saya nggak jago masak, saya nggak punya banyak hafalan Quran, saya paling nggak suka nyetrika dll..

Sebenarnya waktu taaruf fisik itu saya nggak terlalu memperhatikan beliau. Karena saya fokus mendengarkan jawabannya saja.
Sampai ketika dalam perjalanan pulang, murobbiah saya bilang :
"Kakak respect sama beliau. Die tu ndak jelalatan. Biasenye ikhwan tu jelalatan atau minimal curi curi pandang"

Baru saya sadar,
selama di rumah murobbinya tadi, memang beliau tidak pernah melihat saya ketika bicara.
Pandangannya selalu tertuju pada murobbi dia, istri murobbinya dan murobbiah saya.

Di akhir pertemuan itu, beliau bilang : “ane udah haqqulyaqin sama ente”
Murobbi beliau bilang : “Nah sip! Jadi kapan gellis mau dilamar?”

Saya shock waktu itu, tapi beliau langsung berkata pada murobbinya :
“apa tidak sebaiknya kita silaturahim dulu dengan keluarga nya Gellis, ustadz?”
Ya. Seharusnya silaturahim dulu -_-
Kalau tiba tiba dilamar, ntar bapak saya bisa shock :D

Proses Taaruf fisik selesai

Setelah proses Taaruf Fisik, saya tinggal di rumah murobbiah saya.
24 Jam bersama murobbiah.
Agar amal yaumi saya bisa benar benar terkontrol.
Agar saya bisa mendapatakan private tarbiyah (pendidikan privat) mengenai ilmu keagamaan dan keakhwatan.
Ini yang dinamakan akselerasi (percepatan)
Karena begitu banyak ilmu yang harus saya pelajari.
Dengan cara ini, lumayan membuat saya jadi semakin cepat pergerakan dan pertumbuhannya.

(Alhamdulillah yaa Allah , murobbiah saya super mentor)

11.  Setelah taaruf fisik, saya diminta untuk membaca buku : Men are from mars, women are from venus.

Sebuah buku psikologi yang menggambarkan secara utuh bagaimana perbedaan antara perempuan dan laki laki dalam bertindak, berfikir, dan berkata.

Kamu akan menikah dengan manusia, sudah semestinya kamu menambah pengetahuan kamu tentang “manusia” .
Karena manusia memiliki kepribadan yang bermacam macam.
Kepribadian itu merupakan kombinasi unik antara emosi, sikap dan pola perilaku seseorang.
Pahami manusia, maka kau akan memiliki hubungan yang sukses.

12.  Setelah taaruf fisik, tahapan selanjutnya adalah : SILATURAHIM PRIBADI

Silaturahim yang pertama adalah : pertemuan antara ustadz Ihsan dan Saudara laki laki saya
Mereka janjian makan siang di bakso setan.
Dari pertemuan inilah saya mendapatkan sedikit gambaran mengenai ustadz ihsan dari pandangan saudara laki laki saya.

Setelah itu silaturahim yang kedua. Petemuan antara ustadz Ihsan dan kedua orangtua saya.

Saya menelpon ayah saya , yang intinya begini :
“akan ada laki laki yang datang ke rumah, die mau main, mau kenalan sama bapak dan mamah”
Waktu itu ayah saya kira cuma ikhwan biasa yang mau main ke rumah.
Jadi woles aja beliau bilang : “datanglah”

Minggu depan setelah taaruf fisik, beliau datang ke rumah saya di Mempawah (ditemani oleh murobbinya dan Ustadz Alfan) beliau menemui ayah saya, memperkenalkan dirinya dan berbincang bincang.
Di pertemuan ini, murobbi beliau berkata kepada ayah saya :
“Ihsan dan Gellis ini, ruh nya sudah bertemu di Lauh Mahfuz”

Dari situ ayah saya nangkep : ni anak mau nikahin anak gue kayaknya
Ditambah lagi waktu itu ustadz Alfan sedikit menyinggung tentang pernikahan.

Setelah Akh Ihsan, murobbinya dan ustadz Alfan pulang ke rumah, barulah saya menjelaskan kepada ayah dan ibu saya bahwa saya dan akh Ihsan sudah melakukan taaruf.
Saya perkenalkan akh Ihsan kepada keluarga saya. Saya promosiin beliau habis-habisan.
Malam itu kami berbincang lama, sampai hampir lewat tengah malam.

Alhamdulillah.. saya bersyukur memiliki orang tua yang visioner dan bijaksana.
Orang tua yang bisa melihat potensi seseorang dan bisa suka dengan sesorang hanya karena akhlaknya.

Malam itu ayah saya bilang :
"Kalau agamanya udah mantap, apalagi lah yang kita cari di dunia ini. Keberkahan mendapatkan seorang menantu yang hafal Al-Qur'an, nikmat Tuhan yang mana lagi yang ingin kami dustakan?"

13.  Setelah tahapan ini, saya diminta untuk membaca buku : Diary Pengantin

Ah.. buku ini “ngenak” banget.
Keistiqomahan dalam tarbiyah dan dakwah ditekankan kuat didalam buku ini.

14.  Minggu depannya lagi, akh Ihsan datang lagi ke rumah saya di Mempawah. SILATURAHIM KELUARGA.

Kali ini beliau membawa keluarganya : ayah, ibu, adik, paman dan bibi)
bersilaturahim dengan keluarga saya, memperkenalkan keluarganya dan berbincang bincang hangat tentang profil keluarga masing masing.

15.  Setelah silaturahim keluarga, tahapan selanjutnya adalah : TRAINING MASAK

Murobbiah saya bilang : “dapur adalah wilayah teritorial seorang akhowat di dalam sebuah keluarga. Masalah dapur harus sudah kholas (selesai)”
Di tahapan ini saya diajarkan masak makanan bergizi, enak tapi tak harus mahal.

16.  Tahapan selanjutnya adalah : Pertemuan Pra Khitbah

Di Sky Cafe, kami (saya, murobbiah dan akh Ihsan) membicarakan kesepakatan pra Nikah.
Kenapa cuma bertiga?
Karena murobbi akh Ihsan sudah mempercayakan semuanya kepada murobbiah saya.

Di pertemuan ini kita melihat sudut pandang masing masing terhadap pernikahan, dakwah, tabiyah, profesi, peran istri dan suami.

Pertanyaan yang kami bahas waktu itu adalah :
a)      Apa tujuan antum menikah??
b)      Menurut antum, bagaiman sih peran seorang suami/istri itu??
c)      Setelah menikah, sejauh mana istri boleh terlibat dalam aktifitas dakwah di ranah publik??
d)      dll

Tujuan kami menikah :
-          Menyempurnakan agama. Beribadah kepada Allah SWT
-          Menjaga diri
-          Mendapatkan keberkahan dalam hidup melalui pernikahan
-          Meraih sakinah (ada perasaan nyaman aman dan tentram dalam pernikahan)
-          Meraih mawaddah (selalu ada letupan cinta dalam pernikahn, gairah tinggi dan passion)
-          Meraih Rahmah (selalu ada perhatian, kepedulian penuh dalam pernikahan)
-          Bahagia (menjadi perempuan/laki-laki yang paling beruntung dan sbersyukur karna menikah dengan dia)
-          Membahagiakan (menjadikan suami/istri sebagai pria/wanita paling beruntung dan bersyukur karna menikah dengan saya)

Kriteria detail tentang pasangan :
  • Dia adalah impian saya*
  • Dia siap dan akan menjadi partner dakwah saya
  • Dia adalah soulmate saya
  • Dia adalah kekasih sekaligus sahabat saya
  • Dia melebihi harapan dan ekpektasi saya tentang suami dan pernikahan

*Dia adalah impian saya itu maksudnya begini :
Setiap kita pasti punya kriteria detail tentang calon suami/istri kita.
Nah, apakah pasangan kita memenuhi semua kriteria itu?
Kalau iya, alhamdulillah.
Kalau tidak, atau cuma sebagian, ya tetep aja alhamdulillah.

Berikut ini contoh pengalaman pribadi saya.
Dua tahun lalu, ketika awal-awal saya mengenal tarbiyah
Saya pernah menulis d dream book saya mengenai kriteria suami yang saya inginkan :
- Dia mau liqo, dan akan terus liqo
- Dia hafal Al-Quran
- Dia jago bahasa arab dan bahasa inggris
- Dia pinter, rajin dan supel
- Dia ganteng, kulitnya bersih putih, giginya sehat rapi, rambutnya lurus hitam
- Dia rapi, penampilannya dandy
- Dia punya leadership yang bagus
- Dia pengusaha
- Dia suka baca buku dan menulis
- Dia nggak suka main game dan nggak suka futsal (sepak bola)
- Dia ustadz tapi penampilannya nggak ekstrim
- Dia perhatian, romantis dan pengertian
- Dia adalah pendukung terbaik terhadap perkembangan dan pertumbuhan orang yang dicintainya
- Dia lucu dan romantis

Waktu itu saya tulis aja apa yang saya inginkan. Tulis aja.
Sebab tulisan adalah harapan. Harapan adalah do'a.
Qadarullah.. semua yang saya tulis itu dikabulkan sama Allah.
Makanya, nyeselkan kalau cuma nulis hal-hal yang sepele dan remeh-temeh?
Yuk ah buat harapan kamu tentang pasangan (suami)
Buat yang bener, jangan menyepelekan Allah dengan harapan yang remeh-temeh dong ah
Allah tu Maha Besar, Maha Ajaib
Jadi .. Jangan nanggung nanggu kalau berharap, berdoa dan berkeyakinan padaNya.
^_^

Waktu itu ada satu statement beliau yang sangat memukau saya.
Beliau bilang :
“ente teruslah bertumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi ente. Jangan sampai setelah menikah, ente malah mati. Kita akan terus bersama sama belajar, berdakwah,  berkarya, bertumbuh dan berkembang. Ente mau sesibuk apapun diluar , ane sih ndak masalah asalkan ente tidak melalaikan peran ente sebagai istri dan ibu. Yang paling penting adalah selalu koordinasikan dan komunikasikan apapun yang ingin dan akan ente kerjakan. Ente mau S2 bahkan mau S3, silahkan. Karna ane pun ada niat untuk kuliah sampai S3, cuma sekarang prioritasnya bisnis dulu. Cuma 1 hal yang ane minta, ane ndak mau hubungan jarak jauh. Jadi, kalau ente mau S2  di singapura, berarti nanti ane ikut ente ke singapura. Kalau ane S2 nye d turki, ente juga kudu ikut ane lah ke turki”

***

Tetesan embun menjadi hujan penuh rahmat lagi berkah
Basahi dahaga bumi
Ceriakan sedih makluk ilahi
Pertanda penantian telah usai

Hidup akan terus berlari
Putari roda yang sebenarnya bisa dihentikan, jika kita mau!

Keputusan demi keputusan harus selalu dibuat
Agar seimbang semesta
Juga tenang raga ini

Harus!

Karna, pada hakikatnya :
Bukan hanya wanita yang ingin dimengerti
Bukan hanya pria yang ingin diakui
Semua sama!

Karena hidup adalah saling melengkapi

-Ihsan Septiadi-

***

“Plan our wedding is important, plan our marriage is much more important”

Pernikahan itu bukan sekedar status tanpa hubungan.
Suami dan istri itu adalah soulmate, bukan roomate.

Mindset           : Dream about marriage
Plan                : What to do to achieve

Setelah kita sudah tahu apa tujuan kita menikah. Dan apa yang ingin kami dapatkan atau harapkan dari pasangan kita, sekarang saatnya membuat “marriage plane”.Marriage plan dibuat masing-masing, baru setelah itu dibahas bersama.

Marriage Plan :
Pernikahan seperti apa yang kita inginkan, akan bagaimana setelah menikah, dll ..

“Pernikahan itu bukan hanya sebatas bertahan, namun harus terus tumbuh dan berkembang”

Hukum dalam pernikahan adalah prinsip pertanian.
(Menanam, Memberi, Memberi, Memberi, Memberi lagi, lalu panen kemudian)

Setiap manusia memiliki ego. Sedangkan dalam pernikahan, ego dan bahagia tidak bisa berjalan beriringan.
Ego harus dibuang, bukan ditekan.
Buang ego jauh jauh.
Belajarlah menjadi bijaksana dan mempesona dalam kematangan berfikir dan bersikap.


17.  Setelah itu, saya masuk ke tahapan : MANAJEMEN KEUANGAN KELUARGA.

Saya di mentor oleh dosen STIE : bu Elvira. SE. MM. SPd. SH
Beliau mengajarkan saya bagaimana mengatur keuangan keluarga. Membagi dompet menjadi 2.
Dompet Rumah dan Dompet Bisnis.

Dompet Rumah kemudian dibagi lagi menjadi 5 :
  1. Kebutuhan dapur (uang buat makan)
  2. Kebutuhan investasi otak (uang buat pendidikan, buat ikut seminar, buat beli buku bacaan, buat travelling dll)
  3. Kebutuhan fisik (uang buat masuk kolam renang, buat berkuda, cek kesehatan, buat periksa ke dokter, buat beli suplemen K-Link, dll)
  4. Kebutuhan ruhiyah (uang buat pergi umroh, pergi haji, dll)
  5. Kebutuhan sosial (uang buat ngasi hadiah ke orang tua, buat sedekah, buat bikin ta’jil, buat ngasi hadiah kalau teman ulang taun, dll)

  • Dompet Bisnis
Pemasukan
--> Omset bisnis dan pekerjaan sampinganPengeluaran
--> Profit masuk k dompet dapur,uang sisa dgunakan lg utk modal

  • Dompet Rumah
Pemasukan
--> Dompet bisnis
Pengeluaran
--> 20% untuk kebutuhan dapur
      20% untuk kebutuhan investasi otak
      20% untuk kebutuhan fisik
      10% untuk kebutuhan ruhiyah
      10% untuk kebutuhan sosial
      20% untuk ditabung (di depositokan)

18.  Satu hari setelah pertemuan pra khitbah, tahapan selanjutnya adalah : LAMARAN

Waktu itu beliau nanya ke murobbiah saya :”gellis itu mau cincin nggak ya ustadzah?”
Saya jawab melalui murobbiah saya : “kalau boleh meminta, saya lebih suka kalau dikasi buku”

(For your information .. kami tu nggak pernah berkoordinasi atau berkomunikasi secara langsung baik secara telpon, sms, whatsapp, bbm dsb. Komunikasi kita selalu melalui perantara murobbiah saya. Atau ketemu langsung dan itupun ditemani oleh murobbiah saya. Memang agak ribet karena jadi slow respon, tapi justru itulah asiknya)

Lamaran pun dikoordinasikan.
Kami sepakat mengadakan lamaran hari Jumat, setelah beliau pulang dari Bandung.

Waktu itu, jumat pagi, saya masih di pontianak.
Saya berangkat dari Pontianak sekitar pukul 1 siang dan tiba di Mempawah pukul 3 sore.
Rombongan Ustadz Ihsan berangkat dari Pontianak pukul 4 sore dan mereka sampai di Memawah pukul 8 malam.
Padahal janjinya datang pukul 7 malam.

Momen ini cukup menegangkan, karna sejak habis maghrib para tetangga sudah diminta untuk datang ke rumah karna ada acara lamaran.
Saya yang nyantai aja membuat ayah saya marah-marah karena pihak laki-laki koq belum datang-datang juga, kasian para tamu undangan.
Waktu itu saya cuma bisa bilang :

“Mbak lis mah bisa apa?? Mereka masih di jalan.. Kita doakan saja semoga sampai dengan selamat”

Di momen inilah, baru saya sadari efek dari program amal yaumi yang diberikan oleh murobbiah saya selama ini.
Karena program amal yaumi itulah, saya selalu merasa tenang.
Merasa "semuanya akan baik baik saja"

Sekitar 45 menit dari waktu yang sudah ditentukan, barulan rombongan ustadz Ihsan datang.
Lamaran pun terjadi di malam itu.

19. SILATURAHIM BALASAN

Acara silaturahim balasan artinya gantian silaturahim.
Kalau kemaren ustadz Ihsan dan keluarganya yang main ke rumah. Kali ini, saya dan keluarga saya yang main ke rumah beliau.

20. Cek KESEHATAN.

Ini penting.
Saya pribadi, harus memastikan bahwa calon suami saya memiliki kesehatan yang baik, tidak memiliki penyakit kronis atau penyakit yang kambuh. Memiliki gigi yang bersih dan kuat.
Saya harus tahu apakah dia masih perjaka atau tidak (misalnya nikah sama duda ya).
Kalau dia tidak perjaka maka saya harus tahu detail hubungan seksual yang pernah dia lakukan. Berapa kali. Sama siapa aja.
Dan yang paling penting, dia harus memiliki kualitas sperma yang bagus.
^_^

21.  Setelah lolos cek kesehatan, tahapan selanjutnya adalah : KOMITMEN PRA NIKAH.

Disini yang paling seru.
Kami (saya, ustadz Ihsan dan Murobbiah saya) ketemuan di OZ Cafe.
Pembahasannya udah dalam dan jauh banget, tentang pernikahan.
Di pertemuan ini dibahas :
  • Peran suami dalam keluarga dan profesinya kelak
  • Peran istri dalam keluarga dan profesinya kelak
  • Poligami
  • Dakwah keluarga
  • Dakwah masyarakat
  • Visi, Misi dan Target Keluarga
  • Berapa jumlah anak yang ingin dimiliki dan bagaimana perencanaannya
  • Pendidikan anak
  • Dll
Lengkap deh pokoknya.

Bisnis :
Saya dan ustadz Ihsan menjalani satu model bisnis yang sama. Bisnis jaringan.
Sebenarnya tidak mengapa jika ingin menjalankan bisnisnya masing-masing. Tapi akan lebih asyik kalau kita bersatu dalam satu bisnis saja.
Akhirnya, karena omset bisnis saya lebih sedikit (4 juta dibawah omset beliau), dan setelah istikharah, maka saya putuskan, saya lah yang berpindah ke bisnis beliau.
T_T ^_^

Poligami :
Saya orangnya pencemburu berat.
Jangankan sama manusia yang jelas jelas ada fisiknya.
Dengan bidadari yang bergangtung di janggut aja saya cemburu
(saya pernah dengar : laki-laki dianjurkan untuk memelihara jenggot karena Nabi melakukan demikian. Dan katanya, di setiap helai bulu jenggot itu bergantungan para bidadari, Wallahualam).

Saya bisa aja menikah dengan pria yang jauuuh lebih baik dari antum, dan tidak di poligami
Lantas kenapa saya harus mau dengan antum ??

( Ini agak ekstrim ya, haha .. Sebenarnya statement ini cuma mau ngetes sekaligus mau tahu pandangan beliau tentang poligami aja siih)

Setelah tahapan ini, murobbiah saya mulai melepaskan kami.
Kami udah bisa berkomunikasi (berkoordinasi) secara langsung, baik itu via on line ataupun offline.
Tidak menggunakan perantara lagi.

21.  Mengenal beliau melalui teman-teman dan musuh-musuhnya

Di tahapan ini, saya mendapatkan daftar nama 5 orang yang paling dekat dengan beliau dan 5 orang yang pernah punya masalah dengan beliau.
Orang orang ini saya datangi, dan saya minta untuk mendeskripsikan secara terbuka baik buruk nya seorang Ihsan Septiadi.
Disini saya menemukan cukup banyak kejutan dan shock therapy mengenai seorang Ihsan Septiadi.
Di tahapan ini sudah mulai berlaku ungkapan : “kamu bukan menikah dengan malaikat”

“yaa Allah .. bebaskanlah aku dari kesedihan dan ingatan tentang keburukan. Bebaskanlah aku dari belenggu masa lalu”

Di tahapan ini, murobbiah saya sudah berganti peran.
Jika awalnya dia adalah sosok yang mempromosikan kebaikan, selalu menceritakan sisi positif dari calon pasangan saya, di tahapan ini dia bertindak sebaliknya.
Dia mulai menyampaikan keburukan, kelemahan, dan kemungkinan kemungkinan  terburuk yang akan terjadi jika saya menikah dengan si ikhwan.
Mental dan kematangan berfikir saya benar-benar di uji disini.
Apakah benar-benar akan lanjut??
Atau, berbalik dan meng-close semuanya

Hingga 3 minggu sebelum pernikahan, saya ditanya lagi : "yakin, mau nikah sama ustadz Ihsan?"
Jika saya memutuskan untuk lanjut, harus jelas jawaban dan alasan nya.
Jika saya memutuskan untuk batal, harus jelas juga jawaban dan alasannya.

22.  Taujih Pernikahan

Setelah melalui tahapan panjang diatas,
Saya diminta oleh murobbiah saya untuk mendatangi orang-orang yang ada di daftar taujih pernikahan.
Saya diminta mendatangi mereka semua untuk meminta taujih pernikahan.
  1. Ustadzah Sri dan Pak Arif Joni
  2. Kak Masrupah dan Bang Pram
  3. Ustadz Harjani
Di tahapan inilah, mata saya terhadap pernikahan dibuka selebar-lebarnya
Saya mendapatkan banyak ilmu di tahapan ini :
-          Realita rumah tangga
-          Hal hal yang disukai laki laki
-          Hal hal yang dibenci laki laki
-          Bagaimana cara mensupport suami tanpa membuat dia tertekan
-          Bagaimana cara melepaskan ego, bukan menekan ego
-          Komitmen komitmen yang harus ada dalam keluarga
-          Menjaga keharmonisan dan romantisme dalam hubungan suami istri
-          Keluarga Reformis Dakwah
-          Hal hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam berhubungan intim, dll

Di pertemuan ini, saya dikasi buku.
Saya diminta menjalankan (lagi) misi membaca buku, meresume dan mempresentasikan :
Tirai Pengantin, Bahagia Merayakan Cinta (SAlim A Fillah), Menikah untuk Bahagia (Indra Noveldy), Wonderful Couple (Cahyadi Takariawan), Khadijah the true love story of Muhammad, Istri-Istri para Khilafah dan Yuk, jadi orang tua sholeh (Ihsan Al-Baihaqi)

Kalau buku buku ini, jujur aja sampai sekarang belum selesai semua :D
Gilaa aja udah 1 minggu menjelang nikah di bantai baca buku sebanyak itu -_-''

23.  Syukuran bersama anak anak yatim piatu

Hal ini disarankan untuk dilakukan agar bisa menambah keberkahan.
Kebetulan momen nya tepat, 6 hari sebelum menikah adalah hari ulang tahun saya.
Jadi, di hari itu, selain mendapatkan surprise party dari sahabat-sahabat saya yang saya cintai, love you all guys :*
saya juga merayakan momen ulang tahun saya bersama adik adik di Panti Asuhan Rasau Jaya

24. Meluruskan Niat Pernikahan

Di tahapan ini, kita dimuhasabah oleh ustadz Ujang.
Diminta untuk meluruskan niat pernikahan.

25.  Menikah
Kami melaksanakan akad nikah dengan mahar seperangkat alat sholat dan uang tunai senilai 13 Dirham, sekaligus resepsinya.
Sabtu, 13 Juni 2015
^_^

Proses Taaruf dalam islam itu indah,
Islam itu memudahkan

Hanya saja kita perlu punya persiapan yang matang.
Karena pernikahan bukan sekedar membicarakan tentang cinta, tapi juga tentang visi dan misi
Ustadz Anis Matta pernah bilang : Pernikahan adalah peristiwa peradaban

Semoga anda semua yang membaca mendapatkan manfaat dan keberkahan yang luar biasa.
Yang sudah menikah, semakin terikat hati nya dengan Allah dan pasanganNya
Yang belum menikah, segera dimampukan dan dimantapkan mental nya oleh Allah untuk menikah
:D

Alhamdulillah ..
We just married
^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar